Panglima Kodam Mayjen TNI Irwansyah Buka Pelatihan ‘Public Speaking’

Persatuan Wartawan Indonesia

topmetro.news – Ketua PWI Sumut H Hermansjah SE menjelaskan, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang didirikan enam bulan setelah Proklamasi RI pada 17 Agustus 1945 atau tepatnya 9 Februari 1946, ikut juga menyebarluaskan ‘pekik Merdeka’ Proklamasi RI ke seantero jagad raya.

“Tujuannya tak lain agar dunia membuka matanya lebar lebar bahwa Indonesia yang selama 350 tahun dijajah Belanda berhasi melepaskan diri menjadi sebuah negara merdeka,” ujar Hermansjah ketika menjadi penceramah pada acara pelatihan public speaking, diikuti insan penerangan dari satuan jajaran di Media Center Makodam Jalan Gatot Subroto Medan, Rabu (26/8/2020).

Pelatihan bertujuan meningkatkan kemampuan SDM penerangan untuk kepentingan pemberitaan publik. Selain Hermansjah, Bastian Walter Siahaan dari Kompas TV juga menyampaikan materi ceramaahnya di hadapan peserta. Pelatihan dibuka Panglima Kodam I BB Mayjen TNI Irwansyah MA MSi.

Lebih lanjut Hermansjah memaparkan, betapa para tokoh dan anggota Persatuan Wartawan Indonesia saat itu, selain menyebarkan berita, juga ikut juga terlibat sebagai pejuang. “Di antaranya seperti Tan Malaka. Dan tokoh pejuang lainnya yang banyak kita baca dari buku sejarah tak kurang perannya untuk mengawal Kemerdekaan RI yang baru seumur jagung. Sekaligus menyebarkan pekik kemerdekaan ke seantero jagad raya. Para pejuang pers itu di antaranya juga para
tokoh pendiri dan wartawan di masa kemerdekaan,” paparnya.

Selain soal sejarah pers, Hermansjah juga menjelaskan soal landasan hukum pers termasuk kode etik jurnalistik kepada peserta. Pewarta yang baik menghasilkan berita akurat, berimbang dan tidak beritikad buruk. Tidak mencampur fakta dan opini yang menghakimi. Memakai azas praduga tak bersalah, tidak memuat berita bohong, sadis, fitnah dan cabul.

“Tidak menulis berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas perbedaan SARA, status sosial dan lainnya,” pungkas Hermansjah yang dalam kesempatan itu juga memaparkan kiat menghadapi wartawan abal-abal.

Dibuka Panglima Kodam

Panglima Kodam I/BB Mayjen TNI Irwansyah MA MSi mengapresiasi program yang digagas Penerangan Kodam ini. Menurutnya, sekarang adalah era informasi. Maka peran penerangan begitu signifikan di satuan terutama dalam pemberitaan publik.

Terkhusus menyikapi informasi atau peristiwa yang memerlukan konfirmasi, pendalaman dan crosscheck. Dalam pendidikan militer, public speaking dikenal istilah IKIT yaitu intonasi, kecepatan, irama dan tempo. “Maka public speaking menjadi penting,” ucapnya.

Dari Berbagai Satuan

Kapendam I/BB Kolonel Inf Zeni Djunaidhi SSos MSi saat pembukaan menyampaikan, pelatihan digelar tiga hari, 26-28 Agustus 2020 diikuti puluhan pejabat penerangan dari berbagai satuan jajaran di wilayah tugas Kodam. Peserta dinilai menyiapkan diri untuk menyelesaikan pelatihan dengan tanggung jawab, diminta agar memanfaatkan forum ini dengan maksimal. Sehingga mendapatkan ilmu terbaik yang bisa diterapkan di satuan masing-masing.

“Tujuan pelatihan, meningkatkan SDM penerangan, punya percaya diri dalam berkomunikasi dan berbicara di depan umum. Fokusnya berbicara di depan kamera atau saat konferensi pers memberikan keterangan. Terkait itu, insan penerangan harus menguasai public speaking. Ada tiga kunci utama, yaitu kemampuan komunikasi verbal, voice atau suara seperti artikulasi, nada suara, volume atau kekuatan suara. Lalu visual atau tampilan, estetika, etika dan gaya,” urai Kapendam.

Ia menilai, pelatihan berbicara di depan umum ini merupakan pendukung tugas pokok penerangan. Tiga kunci penting yaitu komunikasi verbal, voice dan visual aspek penting menyampaikan informasi melalui media. “Kembangkan kemampuan nalar yang logis dan sistematis. Sehingga dalam bertugas dalam berbicara efektif dan mudah dipahami pemirsa. Waktu pelatihan yang terbatas jadikan motivasi belajar maksimal. Percaya diri, cerdas, cermat dan andal dalam tugas penerangan,” ujarnya.

Narasumber Bastian Walter Siahaan dari Kompas TV menyampaikan materi teknik pengambilan video. Termasuk video wawancara, gambar pendukung dan video bercerita. Hindari pengambilan video yang goyang atau bergetar, gunakan perangkat pendukung untuk hasil maksimal.

sumber | RELIS

Related posts

Leave a Comment